Sebab Terbesar Terjadinya Darurat Matematika di Indonesia Menurut Pengamat Pendidikan
(Diperbarui:
)
-
Posting Komentar
Dilansir dari radioidola.com, 13/11/2018, Radio Idola 92.6 FM, Semarang – Siswa Indonesia saat ini menghadapi kondisi gawat darurat dalam penguasaan kompetensi dasar untuk berpikir dan bernalar. Hal ini antara lain terpotret dari kemampuan dasar berpikir matematika siswa SD hingga SMA/ sederajat yang justru tidak berkembang dengan baik.
Dalam deklarasi, inisiator Gernas Tastaka Ahmad Rizali mengemukakan, terjadi kondisi gawat darurat bermatematika siswa dari SD hingga SMA. Kondisi ini dapat berdampak pada kemampuan anak-anak dalam berpikir dan bernalar. Jika ini dibiarkan, generasi anak-anak Indonesia terancam gagal membangun peradaban Indonesia di masa yang akan datang.
Hal itu salah satunya bisa dilihat pada studi pemerintah yang dilakukan Kemendikbud melalui Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) pada siswa SD pada 2016. Hasilnya menunjukkan kondisi gawat. Sebesar 77,13 persen siswa SD di seluruh Indonesia memiliki kompetensi matematika kurang, kemudian 20,58 persen cukup, dan 2,29 persen baik.
Pada siaran Radio Idola tersebut, Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji mengatakan bahwa sebab terbesar kurangnya kompetensi anak dalam bernalar matematika adalah anak-anak sejak usia dini dipaksa untuk bisa berhitung lebih cepat dimana orang tua kebanyakan berpikir bahwa cepatnya anak berhitung artinya mereka dipaksa belakar. Padahal pada masa usia tersebut, seharusnya anak dibiarkan bermain saja. Menurutnya, belajar berhitung untuk anak harusnya di kelas 1 SD.
Sebab terbesar lainnya yang menyebabkan kurang atau rendahnya kemampuan anak dalam bernalar adalah pengajaran atau cara belajar matematika saat ini hanya fokus bagaimana bisa mengerjakan atau menyelesaikan soal matematika dengan tujuan mendapatkan nilai yang bagus atau agar lulus walaupun mereka tidak memiliki ilmunya, yang penting bisa menjawab soal dengan benar.
Yuk, simak penjelasn selengkapnya! https://www.radioidola.com/2018/siswa-indonesia-menghadapi-kondisi-gawat-darurat-dalam-bernalar-matematika-bagaimana-mengatasinya
Dalam deklarasi, inisiator Gernas Tastaka Ahmad Rizali mengemukakan, terjadi kondisi gawat darurat bermatematika siswa dari SD hingga SMA. Kondisi ini dapat berdampak pada kemampuan anak-anak dalam berpikir dan bernalar. Jika ini dibiarkan, generasi anak-anak Indonesia terancam gagal membangun peradaban Indonesia di masa yang akan datang.
Hal itu salah satunya bisa dilihat pada studi pemerintah yang dilakukan Kemendikbud melalui Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) pada siswa SD pada 2016. Hasilnya menunjukkan kondisi gawat. Sebesar 77,13 persen siswa SD di seluruh Indonesia memiliki kompetensi matematika kurang, kemudian 20,58 persen cukup, dan 2,29 persen baik.
Pada siaran Radio Idola tersebut, Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji mengatakan bahwa sebab terbesar kurangnya kompetensi anak dalam bernalar matematika adalah anak-anak sejak usia dini dipaksa untuk bisa berhitung lebih cepat dimana orang tua kebanyakan berpikir bahwa cepatnya anak berhitung artinya mereka dipaksa belakar. Padahal pada masa usia tersebut, seharusnya anak dibiarkan bermain saja. Menurutnya, belajar berhitung untuk anak harusnya di kelas 1 SD.
Sebab terbesar lainnya yang menyebabkan kurang atau rendahnya kemampuan anak dalam bernalar adalah pengajaran atau cara belajar matematika saat ini hanya fokus bagaimana bisa mengerjakan atau menyelesaikan soal matematika dengan tujuan mendapatkan nilai yang bagus atau agar lulus walaupun mereka tidak memiliki ilmunya, yang penting bisa menjawab soal dengan benar.
Yuk, simak penjelasn selengkapnya! https://www.radioidola.com/2018/siswa-indonesia-menghadapi-kondisi-gawat-darurat-dalam-bernalar-matematika-bagaimana-mengatasinya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar untuk "Sebab Terbesar Terjadinya Darurat Matematika di Indonesia Menurut Pengamat Pendidikan"